Giat menggelar festival lampion setahun sekali merupakan tradisi masyarakat kota Banjarbaru untuk menyambut malam ke-21 bulan Ramadhan atau yang biasa disebut
salikuran sejak beberapa tahun yang lalu. Festival Lampion atau yang biasa disebut masyarakat sekitar festival malam
Tanglong memang hampir sama dengan festival lampion yang biasa diadakan oleh masyarakat
TiongHoa dihiasi dengan warna-warni cahaya lampu yang terlihat sungguh menawan, hanya saja berbeda pada jenis bentuk lampion yang ditampilkan. Dulunya sejak Islam memasuki tanah banjar, masyarakat sekitar lebih mengenal dengan istilah
badadamaran yaitu menyalakan lampu dari getah damar dan diletakan di depan rumah.
Tanglong memang sarat dengan nuansa islami yang mengandung pesan tertentu didalam keindahan bentuknya. Mesjid, langgar, tidak lepas dari bentuk tanglong yang menghiasi festival tersebut. Bahan tanglong terbuat dari kertas yang di bentuk dengan bilah bambu sebagai rangka bentuknya dan diarak menggunakan kendaraan roda empat.
Tabuhan
tarbang dan alat-alat rumah tangga dari peserta bagarakan sahur atau membangunkan orang untuk segera bersahur juga memeriahkan festival
tanglong. Riuh, ramai, dan damai sangat terasa kental ketika berada di bulan Ramadhan terutama bagi warga yang beritikaf dimalam-malam ganjil bulan Ramadhan.
(1)
(2)
(3)
(4)