Ingin Berlangganan Blog Bocah Dalam Perjalanannya via email, Tulis email anda disini:

Delivered by FeedBurner

Senin, 14 Maret 2011

Munculnya Kembali Kesenian Banjar Ketika Telah Lama Tenggelam Akibat Perubahan Zaman

  Beberapa waktu lalu memang ada yang menarik dari kota Banjarbaru. Kesenian Tari Hadrah ini ramai menjadi pusat perhatian warga kota Banjarbaru yang tengah melintas disekitar Taman Van Der Pijl.  Memang tari hadrah sudah jarang sekali terlihat, terlebih acara yang memang dikhususkan untuk menampilakan kesenian khas Banjar ini dilakukan ditengah kota Banjarbaru. 

Dinamis dan tetap harmoni
Diiringi senandung ayat-ayat Al-Quran mengingatkan mereka yang menyaksikan dengan upacara besar pada zaman dahulu
Sejak awal memang  ada yang lebih dari sekedar tari hadrah pada umumnya, terlihat lebih istimewa dan terlihat lebih manjur menarik perhatian warga yang melintas.  Ternyata ada yang berbeda dari tari Hadrah yang ditampilkan pada waktu itu
Seorang anak kecil yang memang sengaja di latih untuk menarikan tari hadrah bersama dengan orang dewasa pada umumnya, agar menarik pengunjung untuk berhenti sejenak ketika melintas.
Menakjubkan,, dari awal pentas tari hingga selesai anak kecil ini begitu mahir menirukan gerakan tari hadrah.
  sungguh besar upaya pemerintah untuk mengembalikan budaya yang hampir tenggelam dengan kemajuan zaman.... bagaimana dengan anda??

Sore Kaum Kecil Anak Nelayan Pagatan II

Entah apa yang ada dipiran anak ini, sejak pertama aku amati dia selalu hormat lalu berjalan begitu saja disepanjang pantai (pagatan) hingga akhirnya berhenti disebuah batu.  Tidak tahu apa yang dia teriakan / nyanyikan karena sayup terdengar suaranya terbawa oleh angin kencang sore pinggir pantai, mungkin saja lagu Indonesia Raya, Maju tak Gentar, atau bahkan Teks Proklamasi.

Jumat, 11 Februari 2011

Sore Kaum Kecil Anak Nelayan Pagatan

Ramai sore deru ombak, terdengar hingar bingar tawa anak nelayan menikmati sore pinggir pantai membuat perasaan ini ingin sekali berbaur dengan mereka. Keharuan usia yang mungkin terlalu cepat berlalu dan beranjak dewasa memang membuat hati ini terpaksa mengingat masa kecil. Mengamati mereka merupakan hal yang menarik, terlebih karena jenuhnya melihat kehidupan bermain anak-anak yang berada di tengah kota, mengenai kemajuan teknologi yang tidak bisa dipungkiri. Anak-anak dikota cenderung menghabiskan waktu luang sekolahnya dengan duduk manis didepan komputer sebuah warnet hanya untuk game online. Berbeda sekali dengan mereka yang sangat menikmati usia anak-anak dipinggiran pantai.

*Beberapa anak, tengah asik bermain layang-layang
(1)

(2)

(3)

(4)


*putus satu layang-layang tak berarti harus putuskan semangat nikmati sore hari bersama teman, ternyata sepak bola tidak kalah menarik untuk cerah sore ini...
(5)

(6)

(7)

(8)
Buat apa naturalisasi timnas banyak-banyak, didik mereka dan jadikan pengharum nama bangsa

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)



*Setelah beberapa lama mengamati, ternyata memang tidak dapat menahan diri untuk dapat berbaur dan ikut bermain bersama mereka... (thank's untuk beberapa poto candid dari seorang teman)
(14)

(15)

(16)

Selasa, 14 September 2010

Malam Takbir di Kota Kandangan

Terdengar kemeriahan kumandang “Allahu Akbar 3x Laillahailallahhu Allahhu akbar… Allahu Akbar Walillah ilham” tanda kemenangan umat muslim itu di setiap sudut-sudut kota, segera beranjak dari pelataran rumah untuk melihat alun-alun kota Kandangan yang berada di kab.Hulu Sungai Selatan. Karena pada saat itu saya memang mudik beberapa hari dirumah nenek. Menenteng Kamera dan tripod menuju ketengah keramaian, segera mencari tempat bersantai yang nyaman dan berharap menemukan sesuatu hal yang menarik disana. Dengan keterbatasan tentang pengetahuan photography tidak membuat saya kehilangan semangat dan terus saja melakukan blind shoot.

Festival malam tanglong ikut memeriahkan suasana pada malam itu. Berbeda dengan malam tanglong yang saya saksikan di Banjarbaru, malam tanglong di Kab.Hulu Sungai Selatan digelar pada malam hari Raya Idul Fitri yang tidak lagi dimeriahkan oleh teriakan-teriakan bagarakan sahur namun dimeriahkan oleh kumandang Takbir peserta lomba tersebut.

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)


Selalu ada pesta kembang api di setiap kemeriahan malam kemenangan umat muslim ini.

(6)

(7)

(8)


seorang anak tengah menyaksikan kemeriahan sahut-sahutan kembang api, yang mungkin hanya akan disaksikannya satu tahun sekali.

(9)

(10)

Minggu, 05 September 2010

Festival Malam Tanglong Banjarbaru




Giat menggelar festival lampion setahun sekali merupakan tradisi masyarakat kota Banjarbaru untuk menyambut malam ke-21 bulan Ramadhan atau yang biasa disebut salikuran sejak beberapa tahun yang lalu. Festival Lampion atau yang biasa disebut masyarakat sekitar festival malam Tanglong memang hampir sama dengan festival lampion yang biasa diadakan oleh masyarakat TiongHoa dihiasi dengan warna-warni cahaya lampu yang terlihat sungguh menawan, hanya saja berbeda pada jenis bentuk lampion yang ditampilkan. Dulunya sejak Islam memasuki tanah banjar, masyarakat sekitar lebih mengenal dengan istilah badadamaran yaitu menyalakan lampu dari getah damar dan diletakan di depan rumah.
Tanglong memang sarat dengan nuansa islami yang mengandung pesan tertentu didalam keindahan bentuknya. Mesjid, langgar, tidak lepas dari bentuk tanglong yang menghiasi festival tersebut. Bahan tanglong terbuat dari kertas yang di bentuk dengan bilah bambu sebagai rangka bentuknya dan diarak menggunakan kendaraan roda empat.
Tabuhan tarbang dan alat-alat rumah tangga dari peserta bagarakan sahur atau membangunkan orang untuk segera bersahur juga memeriahkan festival tanglong. Riuh, ramai, dan damai sangat terasa kental ketika berada di bulan Ramadhan terutama bagi warga yang beritikaf dimalam-malam ganjil bulan Ramadhan.


(1)


(2)


(3)


(4)

Sabtu, 04 September 2010

"Tepi Sungai Martapura"

Berbincang tentang bagaimana cara mereka menantikan saat berbuka puasa (baca selanjutnya: Ngabuburit) menarik untuk diperhatikan, khususnya aku pribadi. Menariknya, berbeda dengan yang biasa kita lihat di kota. Freestyle motor, Skate board, dan atraksi remote control mengisi waktu ngabuburit setiap harinya di kota Banjarbaru. Sore di bulan Ramadhan menjelang buka puasa (29/8/10) mendadak aku mencoba melancong ke daerah Kab.Banjar, ternyata permainan meriam atau yang biasa disebut masyarakat sekitar laduman paring, masih terlihat dimainkan oleh anak-anak sekitar pinggiran sungai Martapura pada saat bulan ramadhan tiba.

Uniknya mereka tidak lagi memakai paring (bambu) sebagai bahan utama pembuatan meriam, melainkan kaleng susu bekas yang disambung-sambung sedemikian rupa dengan menggunakan lakban.

Sadar dengan apa yang mereka lakukan?
Mereka melakukan recycle Ramah lingkungan, tanpa harus merusak lingkungan dengan memotong paring untuk pembuatan meriam dan menggantinya dengan barang bekas.

(1)


(2)