Ingin Berlangganan Blog Bocah Dalam Perjalanannya via email, Tulis email anda disini:

Delivered by FeedBurner

Selasa, 14 September 2010

Malam Takbir di Kota Kandangan

Terdengar kemeriahan kumandang “Allahu Akbar 3x Laillahailallahhu Allahhu akbar… Allahu Akbar Walillah ilham” tanda kemenangan umat muslim itu di setiap sudut-sudut kota, segera beranjak dari pelataran rumah untuk melihat alun-alun kota Kandangan yang berada di kab.Hulu Sungai Selatan. Karena pada saat itu saya memang mudik beberapa hari dirumah nenek. Menenteng Kamera dan tripod menuju ketengah keramaian, segera mencari tempat bersantai yang nyaman dan berharap menemukan sesuatu hal yang menarik disana. Dengan keterbatasan tentang pengetahuan photography tidak membuat saya kehilangan semangat dan terus saja melakukan blind shoot.

Festival malam tanglong ikut memeriahkan suasana pada malam itu. Berbeda dengan malam tanglong yang saya saksikan di Banjarbaru, malam tanglong di Kab.Hulu Sungai Selatan digelar pada malam hari Raya Idul Fitri yang tidak lagi dimeriahkan oleh teriakan-teriakan bagarakan sahur namun dimeriahkan oleh kumandang Takbir peserta lomba tersebut.

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)


Selalu ada pesta kembang api di setiap kemeriahan malam kemenangan umat muslim ini.

(6)

(7)

(8)


seorang anak tengah menyaksikan kemeriahan sahut-sahutan kembang api, yang mungkin hanya akan disaksikannya satu tahun sekali.

(9)

(10)

Minggu, 05 September 2010

Festival Malam Tanglong Banjarbaru




Giat menggelar festival lampion setahun sekali merupakan tradisi masyarakat kota Banjarbaru untuk menyambut malam ke-21 bulan Ramadhan atau yang biasa disebut salikuran sejak beberapa tahun yang lalu. Festival Lampion atau yang biasa disebut masyarakat sekitar festival malam Tanglong memang hampir sama dengan festival lampion yang biasa diadakan oleh masyarakat TiongHoa dihiasi dengan warna-warni cahaya lampu yang terlihat sungguh menawan, hanya saja berbeda pada jenis bentuk lampion yang ditampilkan. Dulunya sejak Islam memasuki tanah banjar, masyarakat sekitar lebih mengenal dengan istilah badadamaran yaitu menyalakan lampu dari getah damar dan diletakan di depan rumah.
Tanglong memang sarat dengan nuansa islami yang mengandung pesan tertentu didalam keindahan bentuknya. Mesjid, langgar, tidak lepas dari bentuk tanglong yang menghiasi festival tersebut. Bahan tanglong terbuat dari kertas yang di bentuk dengan bilah bambu sebagai rangka bentuknya dan diarak menggunakan kendaraan roda empat.
Tabuhan tarbang dan alat-alat rumah tangga dari peserta bagarakan sahur atau membangunkan orang untuk segera bersahur juga memeriahkan festival tanglong. Riuh, ramai, dan damai sangat terasa kental ketika berada di bulan Ramadhan terutama bagi warga yang beritikaf dimalam-malam ganjil bulan Ramadhan.


(1)


(2)


(3)


(4)

Sabtu, 04 September 2010

"Tepi Sungai Martapura"

Berbincang tentang bagaimana cara mereka menantikan saat berbuka puasa (baca selanjutnya: Ngabuburit) menarik untuk diperhatikan, khususnya aku pribadi. Menariknya, berbeda dengan yang biasa kita lihat di kota. Freestyle motor, Skate board, dan atraksi remote control mengisi waktu ngabuburit setiap harinya di kota Banjarbaru. Sore di bulan Ramadhan menjelang buka puasa (29/8/10) mendadak aku mencoba melancong ke daerah Kab.Banjar, ternyata permainan meriam atau yang biasa disebut masyarakat sekitar laduman paring, masih terlihat dimainkan oleh anak-anak sekitar pinggiran sungai Martapura pada saat bulan ramadhan tiba.

Uniknya mereka tidak lagi memakai paring (bambu) sebagai bahan utama pembuatan meriam, melainkan kaleng susu bekas yang disambung-sambung sedemikian rupa dengan menggunakan lakban.

Sadar dengan apa yang mereka lakukan?
Mereka melakukan recycle Ramah lingkungan, tanpa harus merusak lingkungan dengan memotong paring untuk pembuatan meriam dan menggantinya dengan barang bekas.

(1)


(2)